Jumat, 30 Desember 2011

Rumah Toraja: Inspirasi Desain Interior 2012

Rabu, 21 Desember 2011

Para Ibu dalam Alkitab

Artikel ini adalah pelajaran perbandingan antara dua orang ibu dalam Alkitab. Masing-masing memunyai anak untuk dibesarkan, tetapi pengajaran dan moral yang ajarkan kepada anak-anak mereka mempengaruhi menjadi orang Kristen yang bagaimana mereka nanti. Karena itu sangatlah penting untuk bisa memberikan contoh yang baik untuk anak-anak kita.
Para ibu di dalam Alkitab memberi kita pelajaran yang berharga. Setiap peristiwa yang tercatat sangatlah penting. Mereka membuat kita melihat segala sesuatu dari sudut pandang Tuhan. Jika kita bisa melihat ibu mana yang berbuat baik dan benar di mata Tuhan dan ibu mana yang tidak, maka kita akan tahu apa yang seharusnya kita perbuat dan apa yang seharusnya tidak kita perbuat. Penyelidikan ini memberi kita sekilas pandangan bagaimana dua orang ibu bertindak.
Ibu yang menjadikan anaknya penyembah berhala: Ibu Mikha
Ibu ini hanya dikenal sebagai ibu Mikha. Mikha dan ibunya adalah orang Israel dari suku Efraim. Mereka hidup pada masa bangsa Israel masih berupa negara muda di Tanah Perjanjian.
Tanpa adanya pemimpin seperti Musa, Yosua, atau tua-tua, yang sudah hidup sejak zaman Keluaran, yang memimpin mereka, "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri" (Hakim-hakim 17:6).
Kejadiannya dimulai dengan Mikha mengakui sudah mencuri sejumlah besar uang perak dari ibunya. Ia mengakuinya setelah mendengar ibunya mengutuki si pencuri. Ibu Mikha memaafkan dan memohon supaya Tuhan memberkati anaknya. Kemudian ia berkata kepada Mikha, "Aku mau menguduskan uang itu bagi Tuhan, aku menyerahkannya untuk anakku, supaya dibuat patung pahatan dan patung tuangan" (Hakim-hakim 17:3).
Kita mendapati ibu Mikha memberikan sebagian uang perak itu kepada tukang perak untuk melaksanakan maksudnya. Setelah selesai, berhala itu diletakkan di dalam rumah Mikha. Mikha sangat terpesona.
Mikha membangun sebuah kuil. Ia membuat efod, yaitu pakaian imam. Ia bahkan menambahkan beberapa berhala rumah. Ia menahbiskan salah seorang anaknya laki-laki menjadi imamnya (Hakim-hakim 17:5).
Ketika seorang Lewi datang ke kotanya, Mikha cepat-cepat menjadikan dia imam di rumahnya. Ia sangat gembira. Katanya, "Sekarang tahulah aku, bahwa Tuhan akan berbuat baik kepadaku, karena ada seorang Lewi menjadi imamku" (Hakim-hakim 17:13).
Di permukaan, ibu Mikha melakukan hal yang baik. Ia membuat anaknya berpikir tentang Tuhan dan menjadikannya penyembah yang taat. Sayangnya, ia menjadikannya penyembah berhala.
Ibu ini tidak memiliki pemahaman dasar tentang satu Tuhan yang benar. Walaupun ia tahu bahwa berkat datang dari Tuhan (Hakim-hakim 17:2b), ia tidak tahu bahwa Tuhan tidak ada sangkut pautnya dengan berhala (Keluaran 20:3,23; Imamat 19:4; 26:1; Ulangan 29:16-26). Ia mencampuradukkan keduanya. Anaknya juga mencampur aduk.
Sangat mudah memang untuk mencampur aduk, dan sekarang ini malah jauh lebih mudah daripada dulu. Kalimat "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri" tampaknya cukup menjelaskan kondisi di zaman kita hidup sekarang ini.
Tetapi meski tak ada seorang pun di antara kita yang benar-benar membayar seorang pemahat untuk membuatkan satu atau dua berhala untuk anak-anak kita, kita harus menyadari bahwa kalau kita tidak memahami pengajaran Alkitab, kita akan mencampuradukkannya dengan pengajaran dunia.
Tindakan-tindakan kita membawa akibat yang fatal dan kekal bagi mereka. Kita hanya perlu mengingat apa yang terjadi pada Mikha. Ia menjadi seorang penyembah berhala, dan ia menjadikan anaknya seorang penyembah berhala. Tetapi kebobrokan ini tidak berakhir sampai di situ.
Bani Dan, suku tetangga, menemukan benda pahatan yang disembah Mikha dan sangat menginginkannya. Mereka mencurinya dan menyakinkan imamnya untuk bergabung dengan mereka (Hakim-hakim 18:1-31).
Sebagai akibatnya, satu suku bangsa menjadi bobrok dan berdosa terhadap Tuhan. Bahkan kelak akan tiba masanya dalam sejarah Israel ketika orang-orang dari suku lain mengunjungi tempat ini untuk menyembah berhala (l Raja-raja 12:28-30).
Ibu yang menginginkan anak-anaknya menjadi orang-orang terdekat Yesus Ibu Yakobus dan Yohanes
Ibu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, hidup di zaman Yesus. Anak-anaknya satu generasi dengan Tuhan kita. Ketiga-tiganya menjadi pengikut Yesus. Malahan, ibu ini adalah salah satu dari perempuan-perempuan yang mencukupi keperluan Tuhan kita. Namanya adalah Salome (Matius 27:56; Markus 15:40-41; Markus 16:1).
Injil Tuhan tentang kerajaan surga sangat mengesankan ibu ini, begitu pula anak-anaknya. Seperti hampir semua orang lain, ia tengah menunggu-nunggu kedatangan Mesias, raja penyelamat, untuk membebaskan tanah yang sekarang disebut Palestina dari kekuasaan Romawi.
Walaupun latar belakang Yesus hanyalah seorang tukang kayu, ibu anak-anak Zebedeus ini menaruh percaya pada Dia. Suatu hari di tahun ketiga penginjilan-Nya, Yesus berjalan ke Yerusalem bersama para pengikut-Nya dan ketika berada di sana, untuk kedua kalinya Ia menubuatkan kematian-Nya (Markus 10:32-34).
Menangkap kesempatan, bersama anak-anaknya ibu ini mendekati Tuhan. Ia berlutut di hadapan Yesus dan mengajukan permohonan khusus. Katanya, "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu" (Matius 20:21).
Ibu anak-anak Zebedeus ini punya iman yang besar. Walaupun Yesus sama sekali tidak memperlihatkan kerajaan yang Ia bicarakan, ia sudah melihat cukup banyak mukjizat untuk mengetahui bahwa tak ada yang mustahil bagi Yesus. Segala yang dikatakan Sang Guru pastilah benar.
Ketika Yesus memulai pemerintahan-Nya, ibu ini tahu bahwa ia menginginkan anak-anaknya menjadi orang-orang terdekat-Nya. Sebagaimana Yakobus dan Yohanes sendiri, ia ingin agar mereka duduk tepat di sebelah Sang Raja sehingga mereka bisa "mendapat bagian dalam kemuliaan dan kekuasaan Kristus dan menjadi yang terbesar dalam kerajaan Tuhan."
Tuhan kita mengingatkan mereka pada kenyataan. Lagipula, kerajaan Yesus bukanlah seperti kerajaan dunia. Ia bertanya kepada ibu dan anak, apakah mereka tahu apa yang mereka minta. Dan Ia membetulkan gagasan salah kaprah mereka tentang kebesaran (Matius 20:22-28; Markus 10:38-45).
Meskipun demikian, ibu anak-anak Zebedeus ini tidak tergoyahkan. Ia mempertahankan imannya dan tetap menjadi pengikut setia. Seorang perempuan yang kurang beriman pasti sudah berpaling dari Tuhan.
Tetapi ibu ini bukanlah orang yang tidak mengenal Kitab Suci -- yang kita sebut Perjanjian Lama. Ia adalah seorang murid Firman. Dan jauh sebelum bertemu dengan Anak Allah, Salome sudah mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan pikirannya.
Kita dapat melihat bahwa kasih ini menular pada anak-anaknya. Yohanes adalah contoh yang sempurna. Ia adalah murid Yohanes Pembaptis sebelum Yesus memulai penginjilan-Nya. Yohanes Pembaptis, seperti yang mungkin Anda ingat, bukanlah jenis penginjil yang sembarangan, yang tinggal di padang gurun.
Suatu hari, ketika Yesus berada di sekitar tempat Yohanes Pembaptis sedang membaptis, Yohanes dan temannya berinisiatif untuk mengikuti Yesus ke tempat Ia tinggal dan melewatkan hari itu bersama-Nya (Yohanes 1:35-39).
Beberapa bulan kemudian, Yesus datang ke tempat asal Yohanes. Begitu Tuhan memanggil dia dan kakaknya, Yakobus, untuk mengikuti-Nya, mereka langsung meninggalkan segalanya dan pergi mengikuti Dia (Matius 4:21-22; Markus 1:19-20).
Yakobus dan Yohanes mengasihi Yesus. Kadang-kadang, mereka terlalu berlebihan. Pernah Yesus ditolak di suatu desa. Seketika itu juga, anak-anak Zebedeus merasa sangat tersinggung. Mereka mengutip bacaan dari Kitab Suci dan bertanya kepada Yesus apakah mereka perlu menurunkan api dari langit, "seperti yang dilakukan Elia" (Lukas 9:54-56).
Ini bisa membantu kita memahami mengapa Yesus memberikan tempat khusus dalam hati-Nya untuk anak-anak Zebedeus. Mereka adalah anggota "lingkaran terdalam"-Nya dan merupakan dua dari tiga murid yang paling dekat dengan-Nya.
Kapan saja Tuhan tidak ingin sendirian atau tidak ingin berada dalam kumpulan orang banyak, Ia akan mengajak kedua kakak-beradik ini dan seorang rasul lainnya menemani-Nya (Markus 5:37-43; 9:2-13; Matius 26:37- 46). Juga ada pengertian di antara para rasul bahwa Yohanes adalah "murid yang dikasihi Yesus" (Yohanes 13:21-25).
Yohanes adalah satu-satunya murid yang tidak meninggalkan Yesus selama masa sengsara-Nya. Sama seperti ibunya, yang menolak untuk meninggalkan Anak Allah selagi Ia menanggung dosa dunia di atas kayu salib, Yohanes tinggal sedekat mungkin dengan Guru, Tuhan, dan Tuannya.
Beberapa tahun kemudian, Yohanes menulis, "Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: 'Ibu, inilah anakmu!' Kemudian kepada murid-Nya: 'Inilah ibumu!'" (Yohanes 19:26-27).
Anak-anak Zebedeus ini terus melayani Tuhan, yang telah bangkit, sepanjang hidup mereka. Yakobus adalah rasul pertama yang menjadi martir (Kisah Para Rasul 12:2). Yohanes yang terakhir. Dari antara semua rasul, dialah paling lama melayani Kristus.
Yohanes menulis lima dari enam puluh kitab dalam Alkitab. Tema tentang kasih ada di mana-mana dalam tulisannya. Dalam Injil Yohanes, ia menulis tentang kasih Allah dan kasih Anak-Nya, Yesus Kristus. Dalam 1,2,3 Yohanes, surat-suratnya kepada gereja awal, Yohanes juga menulis tentang kasih di antara saudara-saudara seiman. Dalam Wahyu, Yohanes menceritakan penglihatannya yang memberi kita gambaran tentang sejarah dunia ini.
Semua tulisannya memantulkan sesuatu yang disebut Yesus sebagai hukum yang terutama (Matius 22:34-40). Tulisan-tulisannya membantu kita bahkan sampai pada hari ini dan menarik kita untuk mendekat pada Yesus, sebagaimana mereka menarik semua percaya, sampai pada hari Tuhan datang dengan seluruh kemegahan dan kemuliaan-Nya untuk membalas semua orang sesuai dengan perbuatannya (Wahyu 22:12).
Kedua ibu ini sama-sama punya pengaruh besar terhadap anak-anak mereka. Yang satu memalingkan anaknya jauh dari Tuhan sementara yang lain menarik anaknya dekat kepada Tuhan. Pilihan yang diambil oleh para ibu ini tergantung pada seberapa baik mereka memahami firman Tuhan.
Hal yang sama juga berlaku bagi Anda dan saya. Karena itu, kita harus berusaha sekuat tenaga membaca Alkitab dan memahami firman Tuhan. Jika Anda merasa bahwa penyelidikan ini bermanfaat, kami mengajak Anda untuk menyelidiki ibu-ibu lain dalam Alkitab.
Lakukanlah secara pribadi di rumah atau bersama keluarga, teman, atau kelompok gereja. Anda akan menjadi lebih bijaksana, dan anak-anak Anda akan mendapatkan banyak manfaat.
Renungan:
Apakah Anda pernah merenungkan atau belajar dari kesuksesan dan kegagalan orang tua Anda dalam mengajar anak-anak mereka di dalam Tuhan? Pengajaran dan moral apa saja yang dapat Anda berikan kepada anak-anak Anda dalam segala hal yang Anda ucapkan dan lakukan?
Diambil dari:
Judul majalah : Warta Sejati, edisi 48/ 1 - 2006
Penulis : Susan Estrada
Halaman : 10 -- 14

Perayaan Hari Ibu


baby-hand
Pendahuluan
Sementara dekorasi Natal sudah terpasang, tetapi berkaitan dengan besok, tanggal 22 desember adalah peringatan hari ibu nasional, maka tema khotbah dalam ibadah kita hari ini akan berbicara tentang keluarga, khususnya ibu. Memang adalah penting bagi sebuah gereja untuk berbicara banyak tentang topik kehidupan keluarga. Sebab, kita hidup selalu berada di dalam keluarga.
Fakta menunjukkan kepada kita bahwa banyak sekali masalah sosial dan kejahatan dimulai dari keadaan keluarga yang tidak baik, dimulai dari buruknya kualitas hubungan orangtua dan anak.
Sebagai contoh, melihat bagaimana terjadinya kasus pengeboman dan penembakan secara membabi buta di sekolah Columbina High School, Colorado, AS pada 20 April 1999: Ternyata kejadian yang dilakukan oleh dua anak remaja berumur 17 tahun dan 18 tahun ini seharusnya dapat dapat dicegah. Sebab anak-anak remaja ini menyimpan bom rakitan, senjata api, dan dan peluru-peluru tersebut di dalam rumah, di kamar mereka. Bagaimana sampai seorang anak dapat membuat bom dan menyimpan senjata dan peluru dalam jumlah besar, di dalam rumah, tanpa diketahui oleh orang tuanya? Karena buruknya kualitas hubungan antara orang tua dan anak. Setidaknya, hal ini berarti dalam waktu yang cukup lama, orangtuanya sudah tidak lagi memasuki kamar anaknya.
Keluarga Kristen, harusnya berbeda. Karena kita memiliki kasih Allah di dalam diri kita. Keluarga Kristen harusnya berbeda. Amin??? 
Kalimat Peralihan
Berkaitan dengan besok adalah peringatan hari ibu, firman Tuhan hari ini akan berbicara tentang keluarga. Kita akan belajar bersama dari firman Tuhan, bagaimanakah seorang ibu Kristen (orangtua Kristen) mengasihi anaknya? Dan bagaimanakah anak-anak Kristen seharusnya mengasihi dan selalu memperhatikan orangtuanya (khususnya ibu)? Mari kita membaca I Raja-raja 3:16-27; Efesus 6:1-3.
Isi
Firman Tuhan hari ini ini akan melihat dari dua sisi secara adil, dari sisi ibu (sisi orangtua) dan dari sisi anak. Rasanya, kita semua akan pernah menjadi anak dan menjadi orang tua.
Seorang ibu yang mengasihi Tuhan, semestinya akan terlihat dari cara mereka mengasihi anak-anak mereka. Oleh karena itu, hai para ibu, jangan mengaku mengasihi Tuhan apabila engkau tidak mengasihi anak-anakmu. Firman Tuhan dalam I Raja-Raja 3:16-28 memperlihatkan kepada kita bagaimanakah teladan dari seorang ibu yang mengasihi anaknya dengan sungguh-sungguh.
1. Seorang Ibu yang mengasihi Tuhan, akan mengasihi anak-anaknya dengan:
a. Mengenal dengan pasti anak-anaknya (I Raja-raja 3:21).
Saya mempunyai kelemahan mengenali bayi. Pada waktu Faith, keponakan saya yang pertama, anak dari Ct. Anliang dan Ct. Vina, lahir; banyak teman-teman bertanya, mirip siapa ko? Mirip Ko Anliang atau Ce Vina? Saya tidak bisa menjawab pertanyaan ini. Jujur, saya tidak bisa mengenali bayi. Bagi saya semua bayi terlihat sama. Waktu ditanya lagi, cantik ya anak Ct. Vina? Jujur, saya tidak tahu bagaimana menjawabnya. Bagi saya semua bayi terlihat sama. (Kadang-kadang saya bertanya-tanya, apakah saya satu-satunya manusia yang begini?)
Tidak demikian dengan ibu ini. Dia tahu dengan pasti, ini bukan anaknya. Dia mengenal anaknya dengan pasti. Rasanya semua ibu yang baik begitu. Bukan cuma mengenal rupa ciri-ciri anaknya secara pasti, para ibu yang baik juga mengenal sifat anak-anaknya dengan pasti. Ibu yang baik mengenal dengan pasti apakah anaknya lebih suka kecap manis atau asin? Lebih suka kentang atau wortel? Anaknya lebih memilih warna biru atau merah? Baju dengan pola polos atau kotak-kotak? Semua ibu yang baik memiliki kemampuan ini. Mereka mungkin kesulitan dalam pelajaran menghafal ketika masih sekolah. Mereka mungkin mendapatkan nilai merah ketika dulu bersekolah. Tetapi para ibu yang baik selalu bisa menghafal sifat dan ciri-ciri fisik anaknya.
Ibu yang baik juga selalu mampu mengenali perasaan anaknya. Dia tahu apakah anaknya sedang bersemangat, sedang sedih, kuatir, ketakutan, atau kelaparan. Jikalau seorang anak bayi menangis, sementara sang ayah datang ke bayi tersebut dan sedang berpikir “apa yang salah?”, sang ibu biasanya sudah tahu karena apa anaknya menangis “karena lapar atau karena buang air besar.” Itulah ciri pertama seorang ibu yang mengasihi anaknya dengan sungguh-sungguh. Mengenal anaknya dengan pasti.
1. Seorang Ibu yang mengasihi Tuhan, akan mengasihi anak-anaknya dengan:
b. Begitu perduli, bahkan rela berkorban apapun untuk hal terbaik bagi anaknya (I Raja-raja 3:26).
Secara kejiwaan, untuk seorang ibu merelakan anaknya berpisah dari dirinya adalah sebuah tindakan yang sangat sulit dan melukai dirinya sendiri. Dan ibu dalam cerita firman Tuhan ini melakukannya. Saya tidak dapat membayangkan betapa pedihnya ibu ini ketika ia berkata “berikanlah kepadanya bayi itu”. Betapa terlukanya ia ketika ia mengatakan hal tersebut. Tetapi ia rela melakukannya, karena ia begitu mengasihi anaknya. Pikirnya, daripada anak ini mati dibelah dua, lebih baik ia hidup, walaupun di tangan perempuan lain.
Saya rasa, semua ibu yang baik, rela berkorban apapun untuk hal terbaik bagi anaknya. Hal paling sederhana adalah jika di meja ada 5 pempek dan 3 orang anak, berapa pempek yang di dapat oleh ibunya? Berapa pempek yang ingin ibunya makan?? Biasanya tidak satu pun. Apakah ibunya tidak mau makan pempek??? Mau, tetapi sang ibu rela menahan diri agar anaknya bisa makan pempek dengan puas. Ada juga cerita tentang ayah dan ibu yang harus rela makan sehari sekali supaya bisa membayar uang sekolah anak, dan masih banyak lagi cerita seperti ini.
Entah ada berapa cerita di dunia ini tentang seorang ibu yang mengasihi anaknya sampai rela berkorban apapun. Rasanya sudah tidak terhitung. Tetapi, saya akan menceritakan sebuah kisah nyata berikut:
Dalam sebuah gempa bumi, terperangkahlah seorang ibu dengan seorang anaknya di dalam reruntuhan gedung. Selama berhari-hari tertimbun, ada seorang ibu dan anaknya tetap bertahan hidup, terjepit di dalam reruntuhan. Namun, sang anak terus mengeluh haus. Namun, tidak ada air minum dan sang ibu hanya bisa menjangkau anaknya dengan sebelah tangannya. Sang ibu tahu bahwa jika anaknya terus menerus kehausan, anaknya akan meninggal. Maka, ketika anaknya berkata sudah tidak tahan lagi kehausan, sang ibu menggores jarinya sampai terluka mengeluarkan darah di bebatuan, dan membiarkan anaknya meminum darah dari jarinya tersebut untuk menghilangkan rasa harusnya. Dua-tiga hari kemudian, tim penolong berhasil menyelamatkan mereka dari bawah reruntuhan gedung. Anaknya selamat, tetapi sang ibu tidak dapat diselamatkan lagi. Ia berkorban untuk keselamatan anaknya.
Seorang ibu yang mengasihi anaknya dengan sungguh-sungguh akan melakukan apapun, berkorban apapun, untuk mendapatkan hal terbaik yang ia bisa raih untuk anaknya. Ia begitu perduli dengan anaknya.
Maka, para ibu Kristen, dan juga para ayah Kristen, ketidakpedulian bukan pilihan bagi kita. Keegoisan bukan pilihan bagi kita. Ada banyak orangtua di luar sana, yang tidak mau perduli dengan anaknya, yang hanya perduli dengan kebutuhan dan keinginannya sendiri. Sang ayah mau membeli mobil baru, sang ibu mau membeli baju baru, anaknya butuh apa tidak dipikirkan. Tetapi dalam keluarga Kristen, sebagai seorang ayah atau ibu, ketidakpedulian dan keegoisan bukan pilihan bagi kita.
Sebenarnya, sifat-sifat ini adalah meneladani kasih Allah sendiri kepada kita. Sama seperti Tuhan sebagai Bapa dan kita sebagai anak-anak-Nya, Tuhan selalu perduli dengan kita, Ia mengenal kita bahkan lebih daripada kita mengenal diri kita sendiri, dan Ia rela memberikan hal terbaik, yaitu anak-Nya sendiri, untuk keselamatan kita. Jadi, jikalau kita, sebagai anak Tuhan, mengaku kita mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh, marilah kita menunjukkannya secara nyata dalam perbuatan, dengan cara meneladani Dia dalam cara kita mengasihi anak-anak kita. Tidak ada kata “tidak perduli”, tidak ada rasa “egois”. (Mari, para orangtua berkata bersama-sama …)
2. Seorang anak yang mengasihi Tuhan, akan mengasihi ibunya (orangtuanya) dengan sungguh-sungguh. Kepada anak-anak khususnya (= yang belum menjadi seorang ibu atau ayah) saya ingin bertanya. Siapa yang merasa memiliki ibu seperti di atas, yang mengenal pasti dirimu dan yang selalu rela berkorban untuk dirimu? (Bersyukurlah untuk mamamu).
Sekarang apa yang dapat engkau lakukan untuk membalas rasa sayang dari ibumu, dari orangtuamu? Apakah mereka kira-kira menginginkan dibalas dengan uang tunai, dengan rumah, dengan mobil, dengan berlian? (Tanyakan kepada para ibu jika mungkin) Rasanya jawabnya adalah tidak. Orangtua hanya ingin memberikan yang terbaik kepada kita, tanpa menuntut balas.
Ilustrasi: Suatu kali, seorang anak yang mendapatkan ibunya sedang sibuk menyediakan makan malam di dapur. Kemudian dia menghulurkan sekeping kertas yang bertulis sesuatu. si ibu segera membersihkan tangan dan lalu menerima kertas yang dihulurkan oleh si anak dan membacanya.
Ongkos upah membantu ibu:
1) Membantu pergi ke warung : Rp20.000
2) Menjaga adik : Rp20.000
3) Membuang sampah : Rp5.000
4) Membereskan tempat tidur : Rp10.000
5) menyiram bunga : Rp15.000
6) Menyapu halaman : Rp15.000
Jumlah : Rp85.000
Selesai membaca, si ibu tersenyum memandang si anak yang raut mukanya berbinar-binar. Si ibu mengambil pena dan menulis sesuatu dibelakang kertas yang sama.
1) Ongkos mengandungmu selama 9 bulan - GRATIS
2) Ongkos berjaga malam karena menjagamu pada waktu sakit - GRATIS
3) Ongkos air mata yang menetes karenamu - GRATIS
4) Ongkos khawatir kerana selalu memikirkan keadaanmu - GRATIS
5) Ongkos menyediakan makan minum, pakaian dan keperluanmu - GRATIS
6) Ongkos mencuci pakaian, gelas, piring dan keperluanmu - GRATIS
Jumlah keseluruhan nilai kasihku - GRATIS
Air mata si anak berlinang setelah membaca. Si anak menatap wajah ibu, memeluknya dan berkata, “Saya Sayang Ibu”. Kemudian si anak mengambil pena dan menulis sesuatu didepan surat yang ditulisnya: “Telah Dibayar” .
Hal ini seringkali terjadi kalau kita mau mengakuinya dengan jujur. Sementara ibu kita mengasihi kita tanpa syarat dan tuntutan; kita, sang anak, malah seringkali terlalu menuntut dengan ibu kita. Kasih kita seringkali menjadi bersyarat. (Dengan Tuhan, kasusnya juga seringkali sama. Tuhan mengasihi kita tanpa syarat, tetapi seringkali kita mengasihi Tuhan itu bersyarat. Saya mau rajin ke gereja, kalau Tuhan kasih saya sehat, kalau Tuhan kasih saya punya banyak uang, kalau Tuhan … kalau Tuhan…)
Maka, sama juga, seorang anak yang mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh, akan terlihat dari cara mereka mengasihi orangtua mereka. Oleh karena itu, hai para anak, jangan mengaku mengasihi Tuhan, jika engkau tidak mengasihi orangtuamu, ayah dan ibumu, dengan nyata.
Firman Tuhan dalam Efesus 6:1-3, mengajarkan kepada kita dua alasan yang tidak terelakkan mengapa kita sebagai anak harus menunjukkan kasih kita kepada orang tua dengan sikap ketaatan dan hormat:
a. Karena haruslah demikian: mengingat kasih sayang, pengorbanan, dan jasa-jasa mereka.
Membahas tentang kasih sayang dan pengorbanan orang tua tidak akan ada habis-habisnya. Lagipula, rasanya kita semua mengalaminya. Jikalau ditanya, seberapa banyak kita berutang kepada orang tua kita??? Jika dihitung secara nilai uang, maka saya mencoba-coba, iseng. menghitung secara kasar, jika biaya makan satu anak untuk satu hari adalah 20ribu, maka untuk selama 20 tahun saja, orangtua kita menghabiskan 144juta rupiah. Ini hanya untuk makan, belum biaya dokter dan obat kalau kita sakit, uang sekolah kita, pakaian kita, dan masih banyak lainnya. Luar biasa tidak? Jika dihitung secara nilai total, kita berhutang apa kepada ibu kita? Dalam arti sederhana, berhutang nyawa kita.
Sejujur-jujurnya, dari begitu banyak alasan kita seringkali tidak mentaati orang tua kita, alasan (motif) utamanya sebenarnya adalah karena keegoisan kita. Iya gak??? Kita maunya ini, mama tidak bisa ngerti, ya pokoknya saya maunya ini. Orangtua perintahkan kita sesuatu, kita sedang malas, kita menolak perintahnya. Kesabaran orang tua kita memang luar biasa kalau dipikir-pikir.
Firman Tuhan berkata, “haruslah demikian”… Mentaati orangtua adalah bukti kasih sayang kita kepada orang tua yang wajar. Karena mereka telah mengasihi kita dengan luar biasa.
Ilustrasi: Seorang anak, setelah kuliah di luar kota, menjadi tahu bahwa mencuci baju sendiri itu luar biasa melelahkannya. Setelah selesai kuliah dan pulang ke rumah, sang anak melihat mamanya setiap malam sehabis bekerja di toko seharian, selalu cuci baju dengan tangan, sang anak tahu dan sadar ibunya pasti kelelahan. Maka anak-anaknya membicarakan hal ini, dan setuju membelikan dia sebuah mesin cuci untuk meringankan bebannya sedikit karena kesadaran dan kasih sayang.
Alangkah baiknya apabila kita juga sadar akan segala kasih sayang orangtua kita selama ini, yang akan membuat kita mentaati orang tua kita — secara wajar. Karena “memang haruslah demikian”.
b. Karena ini merupakan perintah Tuhan yang penting
Perintah menghormati orang tua sangat penting terlihat dari sampai dimasukkannya perintah ini sebagai salah satu dari 10 perintah Allah. 10 perintah Allah bisa dibilang adalah rangkuman dari Alkitab setebal ini. Setiap anak-anak orang ibrani semenjak kecil, telah diajar untuk menghafal kesepuluh perintah Allah ini. Artinya, dari sejak kecil anak-anak orang ibrani telah diajar bahwa mentaati dan menghormati orangtua adalah perintah Tuhan.
Tetapi, alasan utamanya mengapa perintah ini penting adalah karena Tuhan selalu menginginkan agar kita mendapatkan segala berkat terbaik. Firman Tuhan menjanjikan bahwa anak-anak yang mentaati dan menghormati orangtua akan berbahagia dan panjang umur.
Praktisnya, suka melakukan dosa dan kejahatan, jelas membuat kira bermain-main dengan nyawa kita. Saya rasa jelas bahwa hampir tidak ada orang tua yang memerintahkan anak-anaknya untuk menyukai dosa atau untuk suka melakukan kejahatan. Setiap orang tua akan memerintahkan anak-anaknya untuk melakukan hal yang baik dan benar, dan untuk menjauhi dosa dan kejahatan, dan hal ini membuat hidup mereka akan menjadi berbahagia dan lebih panjang umur. Apabila kita melihat buktinya dalam kehidupan nyata, berapa banyak anak-anak yang tidak taat dan tidak menghormati orang tua yang kita temukan hidupnya berbahagia dan panjang umur? Rasanya tidak ada.
Jika ini merupakan sebuah perintah yang penting dan memberikan berkat yang luar biasa bagi kita karena menghormati dan menaati orang tua, mengapa kita tidak mau melakukannya???
Lalu, bagaimana kalau orangtua saya bukanlah orang tua yang benar-benar baik??? Kalaupun orang tua kita bukanlah orang tua yang baik seperti yang seharusnya, hal ini juga tidak membuat kita menjadi diperbolehkan untuk tidak mentaati dan menghormatinya. Mentaati dan menghormati orang tua adalah perintah Tuhan yang harus kita jalankan dalam segala kondisi. Ini adalah PERINTAH Tuhan yang harus dilakukan. Kecuali, saat orang tua kita memerintahkan kita untuk berbuat dosa dan meninggalkan Tuhan. Di dalam keluarga Kristen, yang ada adalah ketaatan kepada orang tua, tidak ada ketidak-taatan. (Mari para anak-anak mengatakan: …)
Penutup
Dalam peringatan hari ibu dalam ibadah hari ini, biarlah firman Tuhan mengingatkan orangtua untuk mengasihi anaknya dengan sungguh-sungguh melalui tindakan nyata tanpa rasa tidak perduli, tanpa rasa egois; dan juga mengingatkan anak-anak untuk mengasihi orangtuanya dengan sungguh-sungguh melalui tindakan nyata ketaatan dan menghormati orang tua.
Sekali lagi, keluarga Kristen harusnya berbeda. Karena kita memiliki kasih Allah di dalam diri kita, yang mengajar kita untuk mengasihi secara nyata di dalam kehidupan keluarga Kristen. Amin.

Sumber..>>>>>>http://khotbahilustrasigames.wordpress.com/2009/01/07/khotbah-perayaan-hari-ibu/

Mengapa Tuhan Mengizinkan Penderitaan?...



Mengapa ALLAH YANG BAIK Mengijinkan PENDERITAAN?
(GI. Drs. Hari Sudjatmiko, M.Div)

(Bacaan: Mzm 73)

PENDAHULUAN

Hidup memang sering sulit dipahami dan terasa tidak fair:

1. Mengapa hal-hal buruk dan pahit menimpa kehidupan orang-orang baik

2. Dan mengapa hal-hal yang baik justru dinikmati orang-orang yang jahat

Dalam upaya menemukan jawabannya, realitas hidup seperti itu (yang pahit, penuh penderitaan dan masalah bagi orang baik) sering sulit kita pahami, tersembunyi, dan dapat menjadikan kita frustrasi.

Contoh:
1. Jika seorang teroris terbunuh oleh bom yang dipasangnya sendiri, kita maklum. Tapi kasus bom Bali 2002 membuat 180-an orang sipil menjadi korban, yang tidak tahu-menahu soal politik dunia. Kita jadi gemas mendengarnya (Imam Samudra dan Amrozi hanya tersenyum penuh kemenangan)

2. Jika pemandu yang mabuk sedang memandu dan mengalami kecelakaan serius, kita pun maklum. Tapi bagaimana kita bisa menerima ada seorang pemudi masuk ICU gegar otak serius karena dilanggar seorang pemabuk yang memandu laju dan tetap sehat-sehat saja semasa kemalangan

3. Jika seorang perokok berat terkena sakit paru-paru kronis, kita pun maklum. Betapa sulit kita pahami ada seorang bayi lahir cacat, tanpa tangan dan buta serta keterbelakangan mental karena ibunya seorang pelacur, selama hamil perokok berat dan pemabuk

4. Jika seorang perampok babak-belur dikeroyok massa, kita pun akan mensyukuri. Tapi bagaimana kita bisa terima ada satu keluarga dibunuh perampok tanpa perasaan dan sampai sekarang belum terungkap siapa perampoknya

5. Jika seorang pelajar malas dan nakal lalu tidak naik kelas, kita pun menerima sebagai kena batunya. Tapi berapa banyak juara kelas menjadi anak putus sekolah karena tidak punya biaya melanjutkan studinya karena dari keluarga miskin

6. dan lain lain.

Sebagai hamba Tuhan secara jujur saya katakan, masalah dan penderitaan sungguh suatu yang misteri:

* Saya pun sering tidak habis mengerti mengapa Tuhan izinkan hal yang buruk dan tidak fair seperti itu terjadi kepada orang-orang yang percaya dan dicintai Allah

* Saya pun sadar, Alkitab mengajarkan kita tidak berhak menuntut Tuhan harus menjelaskan semua hal yang terjadi kepada kita

* Saya pun tidak akan berpura-pura memahami dan mengetahui serta mengerti penderitaan yang Saudara alami dan terasa tidak fair


Saya yakin pada waktu hal itu terjadi pada kita, Saudara hanya membutuhkan:

* Pelukan

* Telinga yang mau mendengar

* Seorang yang duduk menemani

* Dukungan dan doa yang tulus

Tanpa sanggup kita bisa berbuat sesuatu yang berarti. Saya hanya bisa berdoa, agar iman kita di dalam Tuhan tetap teguh dan tabah menghadapinya, bahkan ketika dunia seakan runtuh menimpa Anda.

MEMAHAMI ALLAH

Sebagai seorang beriman, sering kita mempertanyakan di mana Allah dalam dunia yang penuh penderitaan ini?

1. Jika Dia Allah yang berbelas kasihan, mengapa hidup sering begitu tragis?

2. Apakah Dia sudah kehilangan kendali dan tidak memperhatikan kita lagi?

3. Kalau dia masih menyertai kita, apa alasannya Dia izinkan itu terjadi pada kita?

4. Kita dapat membaca dalam Alkitab, kadang Allah begitu penuh kasih dan memberikan banyak mukjizat bagi umatNya (kisah umat Israel keluar dari Mesir)

5. Tapi dalam kesempatan lain Allah sengaja tidak menghentikan tragedi (kisah Yusuf dijual saudaranya, atau kisah Ayub yang tragis))

6. Dalam satu bagian, kita melihat Allah begitu akrab dan terlibat serius dengan umatNya, di bagian lainnya kita melihat Allah sepertinya _tuli_ atas teriakan minta tolong kita

7. Di satu sisi Alkitab meyakinkan kita bahwa Allah beserta kita, tidak pernah dibiarkan kita terjatuh, Dia menempatkan kita di tepian air dan rumput yang hijau; tapi di sisi kehidupan kita yang lain mengapa Dia biarkan kita jadi sasaran penjahat, mengalami gen-gen rusak, terkena virus berbahaya, atau tertimpa bencana alam.

ARTI PENDERITAAN

Bayangkan suatu dunia tanpa penderitaan, akan jadi seperti apa?

* Tidak ada sakit kepala

* Tidak ada sakit punggung

* Tidak ada sakit kala palu meleset mengenai jari tangan

* Tidak ada banjir, tanah longsor, kekeringan, gunung meletus, atau badai

* Tidak ada nyamuk, lalat, rumput liar, virus atau kanker


Barangkali kita juga berharap, adanya dunia tanpa kesalahan, kekhilafan, peperangan, perkelahian, dll. Bukankah itu yang disuarakan banyak kaum Humanis dan penegak HAM. Coba dengar seruan John Lennon dalam rilis lagunya Imagine, mengatakan: _Imagine there_s no country, itn_t hard to do, nothing to kill or die for you and no religion too_ (andaikan tak ada pemerintahan, tidak sulit untuk dibayangkan, tidak ada perang atau mati demi negara, dan tak ada agama juga). Mungkin bagi banyak orang John Lennon merupakan nabi mereka. Sayang John Lennon pernah begitu pongah dan mengatakan: "The Beatles lebih terkenal dari Yesus!"

Rasanya nilai kehidupan akan berubah, dan bahaya lebih besar akan ada di depan mata:

* Tidak ada yang mengingatkan kita adanya radang hati yang kronis

* Tidak ada perasaan yang mengingatkan tulang yang patah

* Tidak ada tanda bahaya bahwa tumor ganas menghancurkan usus

* Tidak ada ngilu yang memberitahu pembuluh darah ke jantung tersumbat

Sebesar apapun kebencian kita terhadap rasa sakit, kita harus mengakui bahwa itu sering mempunyai tujuan baik. Rasa sakit sebenarnya sedang memperingatkan kita ada sesuatu tidak beres dalam tubuh kita. Jadi masalah utamanya bukan pada rasa sakitnya, melainkan penyebab dari rasa sakit itu. Rasa sakit hanyalah merupakan gejala, sirine, bel yang berbunyi tatkala ada bagian tubuh yang mengalami bahaya atau mendapat serangan.

Jadi, apa sebenarnya yang Allah ingin katakan kepada kita mengenai penderitaan? Apa arti sebuah penderitaan bagi orang percaya?

1. Sebagai ganjaran untuk peringatan/nasehat/pendisiplinan Allah

Seperti seorang anak, Allah adalah Bapa kita yang penuh kasih, yang melatih dan mengganjar kita. Dia bukan orang tua yang kejam dan bengis/sadis, tapi Dia orangtua yang penuh perhatian dan menghendaki kita menjadi dewasa (baca Ibr 12:5-11; Why 3:19)

Bayangkan: Kalau Allah lebih memiliki menciptakan manusia seperti robot, yang sudah disetel untuk memuji Tuhan, melakukan yang baik dan sopan-sopan saja. Tapi Allah memilih "mengambil resiko" untuk menciptakan manusia segambar dan serupa Allah dengan kehendak bebasnya. Allah sadar bahwa manusia akan memberontak dan semakin berdosa, maka karunia Allah dan belas kasihanNya semakin nyata.

2. Sebagai Ujian iman

Seorang olahragawan baru dapat menjadi juara dan pemenang setelah banyak melakukan latihan, uji tanding, gemblengan, dan siap menghadapi tantangan (kisah Ayub 1:20-22, 42:10-17)

Rm 5:3-4 Paulus mengajarkan hal yang dunia tidak ajarkan, bahwa ada keuntungan yang kita dapatkan dalam penderitaan asalkan tabah dan tetap setia pada Tuhan. Allah pun sedang turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Tuhan (Rm 8:28)

Ron Lee Davis dalam bukunya Becoming a Whole Person in a Broken World mencatatkan: "Kabar baik itu bukanlah bahwa Allah akan membuat keadaan di sekeliling kita seperti yang kita inginkan, tetapi yang menjadi kabar baik itu adalah bahwa Allah bahkan dapat merangkai kekecewaan dan bencana yang kita alami ke dalam kekekalanNya. Kejahatan yang menimpa kita dapat diubah menjadi kebaikan Allah"

Bagaimana kita sebagai orang percaya menyikapi sebuah penderitaan. Kisah yang tragis, pahit dan tidak fair Tuhan izinkan terjadi pada kita harus kita sikapi dengan tepat dan pada sudut pandang ilahi.

* Ada orang yang menyikapi sebuah penderitaan dengan meninggalkan Tuhan dan berpaling dari imannya (kisah Friedrich Nietzsche, anak seorang pendeta Lutheran yang saleh dan kakeknya seorang guru besar teologi, 25 tahun sudah doktor teologi, 26 tahun jadi professor, dan menjadi filsuf dan sastrawan yang sangat orisinil. Karena sebuah penyakit bertubi-tubi dia kecewa, dan memproklamasikan "Allah sudah mati". Hidup luntang-lantung sebagai 'gelandangan intelektual', keluar-masuk pelacuran, kena penyakit kelamin sipilis, miskin dan mati dalam kondisi gila.)

* Tapi ada orang yang menyikapi sebuah penderitaan sebagai penolong untuk mengarahkan hidupnya lebih baik (kisah Joni Eareckson Tada, mengalami kelumpuhan total karena kecelakaan waktu hendak menyelam. Sempat berontak dan meninggalkan imannya, namun mulai sadar dan kembali, bahkan semakin mencintai Tuhan, dan menganggap kecelakaannya itu hal yang terbaik dalam hidupnya, mengubah dirinya menjadi seorang yang sangat dekat dengan Tuhan, bahkan menjadi berkat bagi banyak orang muda dan kaum cacat untuk memiliki semangat hidup dan iman yang lebih kuat)

Jadi, dalam satu peristiwa penderitaan yang sama, dapat memberi pengaruh yang berlainan: semakin dekat Tuhan, atau malahan semakin menjauh dari Tuhan

3. Sebagai penghakiman

Bagi orang bebal, kafir dan keras kepala tidak pernah menerima kasih karunia Allah dan senantiasa melakukan kejahatan, Allah tidak pernah membiarkan diriNya dipermainkan. Akan datang waktunya keadilan dan penghakiman Tuhan dinyatakan, murka Allah menyala-nyala akan dosa dan tidak seorangpun akan terlewatkan (kisah air bah untuk menghukum manusia yang bejat, Kej 6; dosa Sodom dan Gomora, Kej 18-19; Tuhan mengirimkan 10 tulah ke atas dosa Mesir, Kej 7-12)

SIKAP ORANG PERCAYA

1. Tabah dan tetap setia (sekalipun berat tapi tidak bergeser iman dari rel illahi)

2. Memahami bahwa kita butuh orang percaya lainnya untuk menghibur dan saling menguatkan iman

3. Memahami juga bahwa kita pun suatu saat dibutuhkan orang lain yang mengalami penderitaan yang pernah kita rasakan (rasa empati dan menguatkan yang sedang 'roboh')

4. Berdoalah dan doakan orang yang sedang mengalami penderitaan

Ingatlah satu hal, ketika penderitaan sedang menggerogoti kita dan kita menjerit menuntut jawaban yang lengkap mengapa itu terjadi pada kita, Allah justru menawarkan diriNya sendiri. Dan itu cukup. Kita tahu bahwa kita dapat mempercayaiNya, jawaban tidak diperlukan lagi saat kehadiran Allah meliputi kita. Kristus telah melakukan hal terbesar: mengorbankan diriNya sendiri sebagai tebusan sehingga manusia dapat terhindar dari penderitaan yang terburuk, terbesar, terpahit: yaitu keterpisahan kita dengan Allah selama-lamanya.
 Sumber..>>>>>http://sahabatppk.blogspot.com/

Mempersiapkan Acara Natal Sekolah Minggu

Natal merupakan saat yang dinanti-nantikan oleh anak. Sejak kecil anak belajar bahwa Hari Natal memiliki makna yang istimewa. Pemahaman mereka akan Natal belum tentu benar, karena Natal bagi anak kecil seringkali identik dengan pesta dan banyaknya hadiah serta acara-acara yang menarik.
Karena "daya tarik" itulah, Hari Natal merupakan kesempatan emas bagi guru Sekolah Minggu untuk menyampaikan Firman Tuhan pada anak- anak; memberitakan peristiwa luar biasa dimana Tuhan Yesus lahir ke dunia sebagai seorang bayi untuk menebus dosa umat manusia.
Natal juga merupakan kesempatan berharga bagi Sekolah Minggu untuk menjaring anak baru sekaligus menarik kembali anak-anak yang sudah lama tidak datang ke Sekolah Minggu.
A. MENYAMPAIKAN MAKNA NATAL KEPADA ANAK
Menyampaikan makna Natal kepada anak-anak bukanlah hal yang mudah. Paling tidak ada 2 alasan mengapa guru Sekolah Minggu seringkali menemui kesulitan dalam meneruskan Berita Natal kepada anak-anak.
Alasan pertama, Natal selain mengandung unsur religius/rohani pada saat yang bersamaan juga mengandung unsur sekuler. Kemungkinan besar anak-anak kecil memahami arti Natal justru bukan dari aspek rohaninya, melainkan dari sisi tradisi Natal sekuler yang dikenalnya, seperti: Sinterklas, pohon natal, hadiah, baju baru, pesta, dan sebagainya.
Oleh sebab itu, guru Sekolah Minggu perlu "meluruskan" pandangan anak akan makna Natal yang sebenarnya dengan menekankan peristiwa kelahiran Yesus sebagai sentral utama Perayaan Natal di Sekolah Minggu.
Alasan kedua, cara menyampaikan Berita Natal pada anak merupakan tantangan yang tidak mudah, terutama bagaimana guru Sekolah Minggu dapat menyampaikan Pesan Natal pada anak-anak dengan kelompok usia yang berbeda-beda. Hal ini akan semakin sulit bila perayaan Natal Sekolah Minggu dirayakan bersama, dimana anak yang masih kecil bergabung bersama dengan anak yang sudah lebih besar.
Wes Haystead dalam bukunya yang berjudul "Teaching Your Child About God" mengemukakan beberapa ide/cara dalam menyampaikan Berita Natal agar bermakna secara rohani kepada anak-anak, yaitu:
1. Sikap Orang Dewasa (guru Sekolah Minggu, red.)
Untuk membuat Natal benar-benar bermakna spiritual bagi anak-anak, sikap orang dewasalah yang menjadi kuncinya. Jika kelahiran Yesus tidak bermakna bagi orangtua dan guru, usaha- usaha memaksa anak untuk menanggapinya dengan penuh hormat kepada Allah adalah sia-sia. Perintah yang Allah berikan kepada keluarga Yahudi untuk merayakan pembebasan mereka dari Mesir memberikan model yang baik bagi perayaan keluarga Kristen. kombinasi makanan enak, ungkapan sukacita, dan penjelasan yang singkat serta sederhana akan makna peristiwa itu merupakan cara yang paling baik untuk menolong anak-anak menikmati dan mulai memahami mengapa perayaan itu sungguh-sungguh penting.
2. Palungan
Palungan sudah lama dipakai sebagai pusat perhatian selama masa Natal. Biarkan anak-anak berperan serta dalam membuat palungan. Beri mereka kesempatan untuk memegang tokoh-tokoh Natal saat kisah Natal diceritakan. Biarkan anak-anak kembali ke palungan selama liburan Natal berlangsung untuk bermain-main dengan tokoh- tokoh di sekitar palungan, untuk mengenang dan menceritakan kembali kisah yang telah mereka dengar.
3. Dekorasi
Banyak dekorasi Natal pada mulanya berfungsi sebagai simbol- simbol kebenaran Alkitab. Merupakan hal yang sangat indah bagi anak untuk dikenalkan pada pohon Natal, hiasan-hiasan dan lampu warna-warni sebagai hal yang lebih dari sekadar latar belakang dari tumpukan hadiah yang beraneka warna. Sebuah buku tentang tradisi Natal dapat memperkaya setiap rumah atau kelas bagi orang dewasa maupun anak-anak.
4. Pesta Ulang Tahun
Menekankan aspek perayaan ulangtahun pada hari Natal dapat menggugah respon anak-anak. Mereka mungkin agak sulit menghargai pesta ulang tahun bagi Yesus tanpa kehadiran Yesus secara fisik sebagai pribadi yang berulang tahun. Namun mereka tentu akan senang membicarakan apa saja yang Maria dan Yusuf lakukan bagi Yesus pada hari ulang tahun-Nya yang kedua atau kelima. Bicarakan dengan anak-anak tentang hari ulang tahun mereka untuk membantu mereka menghubungkan pertumbuhan Yesus dengan pengalaman mereka sendiri.
5. Buku-buku Bergambar
Satu atau lebih buku-buku bergambar kisah Natal dapat dipakai selama liburan Natal. (Bagi orangtua -red ) saat-saat menjelang tidur selama minggu Natal bisa dipakai untuk menceritakan kisah-kisah tersebut.
6. Televisi dan Video
Televisi yang memborbardir rumah-rumah dengan sinterklas, yang mengaburkan makna semangat Natal, dan iklan penjualan hadiah Natal yang tak habis-habisnya -- kadang juga memberi kesempatan untuk melihat penggambaran kisah Natal yang dramatis. Menonton dengan selektif (atau penyewaan kaset video), yang seharusnya menjadi pola setiap keluarga, dapat menjadikan televisi sebagai aset yang bermutu.
7. Menyanyikan Lagu-lagu Natal
Pada saat keluarga dan kelompok-kelompok persekutuan di gereja menikmati saat lagu-lagu dinyanyikan, mereka perlu mengikut- sertakan lagu "Away in a Manger" (Di Dalam Palungan) atau dua lagu yang dipelajari anak-anak di gereja. Mulailah dengan "Jingle Bells" (yang paling disukai anak-anak pada masa seperti ini) dan yang juga dapat melibatkan anak-anak. (Catatan: Mengikutsertakan lagu-lagu favorit anak-anak lainnya, dapat menjadi pembuka sebelum kisah nyata kelahiran Yesus didiskusikan.) Hal yang menyenangkan bagi keluarga untuk melewati malam Natal adalah dengan menciptakan lagu-lagu Natal baru. Pakailah nada-nada yang akrab di telinga anak dan menggantinya dengan kata-kata baru tentang kisah Natal.
8. Hadiah Natal
Pengalaman keluarga atau kelas lainnya yang berarti adalah memberi hadiah kepada orang lain di luar kelompok itu. Beberapa minggu sebelum Natal, berundinglah dengan anak-anak untuk memutuskan siapa yang akan diberi hadiah sebagai kejutan dan apa yang akan diberikan. Dengan melibatkan anak-anak dalam merencanakan hadiah, dan juga melakukannya, anak-anak akan memiliki pengalaman yang berharga dalam memberi tanpa mengharapkan untuk menerima timbal balik.
B. MEMPERSIAPKAN ACARA NATAL
Agar perayaan Natal anak-anak Sekolah Minggu dapat bermakna secara rohani dan dapat dipahami anak-anak, beberapa hal teknis yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Awal
Ajak dan libatkan seluruh guru Sekolah Minggu untuk terlibat dalam merencanakan dan menyelenggarakan Perayaan Natal tersebut. Buatlah jadwal pertemuan untuk merencanakan Perayaan Natal. Pada pertemuan itu diskusikan dan tentukan tempat dan waktu yang tepat bagi perayaan Natal (hari, tanggal, jam), Tema, Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran perayaan Natal. Diskusikan juga bagaimana rencana rangkaian acara, para pengisi acara, rancangan dekorasinya, konsumsi, perlengkapan sound system, dan sebagainya.
2. Inti/Tema Berita Natal
Agar Natal dapat memberikan makna secara rohani pada anak- anak, kita harus dapat menemukan tema Natal yang tepat, sederhana, dan mudah dimengerti oleh anak-anak. Beberapa contoh tema yang cocok untuk perayaan Natal misalnya:
  • "BAYI YESUS TELAH LAHIR"
  • "ULANG TAHUN YESUS"
  • "YESUS SAHABATKU"
  • "PALUNGAN YESUS"
  • "GEMBALA DAN BAYI YESUS"
  • "SELAMAT DATANG TUHAN YESUS"
  • "YESUS DATANG AKU SELAMAT" dan sebagainya.
3. Acara Natal
Setelah tema yang cocok ditemukan, diskusikan acara Natal dengan seluruh Panitia Natal yang telah dibentuk. Seluruh rangkaian acara Natal ini harus diatur dan dikoordinasikan dengan baik agar dapat mendukung tema Natal. Koordinasikanlah nyanyian, renungan inti (cerita), drama, permainan, tarian, dan sebagainya. Demikian pula kordinasikan personil yang mengisi acara (Song Leader, MC, Tim musik pengiring, Pembawa Firman, dll) baik anak-anak maupun guru yang terlibat. Perhatikan susunan acaranya dan aturlah dengan jelas agar acara Natal dapat berjalan dengan lancar. Selain itu dekorasi ruangan harus sesuai dan mendukung tema.
4. Berbagai Perlengkapan Pendukung Acara
Tidak kalah pentingnya dengan acara Natal adalah persiapan dan pengadaan berbagai perlengkapan/fasilitas yang menunjang acara Natal. Perhatikan bahwa tempat duduk harus diatur dengan baik agar anak-anak merasa nyaman dan pandangan anak ke panggung (bila ada) tidak terhalang. Sound system harus diatur dengan baik agar suara tidak terlalu memekakkan telinga, namun juga jangan terlalu kecil, aturlah sound system agar dapat terdengar dengan jelas oleh seluruh anak. Demikian pula alat-alat penunjang lain seperti OHP, alat-alat musik dan alat-alat lain harus diatur dengan baik.
5. Semua Orang Harus Terlibat dalam Perayaan Natal
Semangat Natal bukan semangat "one man show" (dipikir/dikerjakan oleh satu orang saja). Oleh karena itu perayaan Natal harus dilaksanakan dalam kebersamaan dan kasih diantara anak-anak Tuhan. Untuk itu pada masa persiapan, setiap guru Sekolah Minggu harus dilibatkan dalam kepanitiaan, dengan pembagian tugas yang sesuai, sehingga setiap guru dapat memiliki tanggung jawabnya sendiri untuk menunjang keberhasilan perayaan Natal. Demikian pula anak-anak Sekolah Minggu dapat dilibatkan dalam perayaan Natal, misalnya dengan membuat dekorasi, hiasan pohon natal, atau membuat "palungan". Selanjutnya menjelang hari perayaan Natal, anak-anak juga dapat dilibatkan dalam mendekorasi ruangan atau menghias pohon Natal.
6. Undangan Perayaan Natal
Cara lain untuk melibatkan anak-anak dan guru Sekolah Minggu dalam mempersiapkan Natal adalah dengan membuat brosur/pamflet/ kartu/selebaran yang berisi undangan untuk anak-anak lain, khususnya yang sudah lama tidak datang atau untuk menjangkau anak-anak baru. Ajaklah anak-anak untuk berkunjung dan membagikan undangan perayaan Natal tersebut ke rumah teman- teman mereka.
7. Pelaksaaan Acara
Bagi Sekolah Minggu yang lebih senang menggabung seluruh anak dalam acara Natal, maka diperlukan tempat yang cukup luas agar semua anak dapat berkumpul bersama. Selain itu para guru perlu disiapkan untuk berada di antara anak-anak agar keributan dapat terkendali. Pertimbangkan juga waktu pelaksanaannya, karena biasanya acara gabungan akan memakan waktu lebih lama dari biasanya.
Melaksanakan perayaan per kelas dapat juga dilakukan untuk menjalin rasa keakraban, namun demikian perlu dipikirkan secara matang dan dilakukan koordinasi yang baik antar guru kelas. Selain agar persiapan dapat dilakukan dengan efisien, juga menghindarkan rasa persaingan yang mungkin akan timbul antar kelas (misal: ada kelas yang menerima hadiah dari gurunya sementara kelas yang lain tidak).
8. Follow-up Perayaan Natal
Hal yang juga penting untuk diperhatikan adalah bagaimana tindak lanjut perayaan Natal tersebut. Setiap guru Sekolah Minggu bertanggung jawab untuk memastikan bahwa berita Natal tinggal dalam hati anak-anak. Oleh karena itu, perlu dipersiapkan bagaimana cara menolong anak agar benih-benih Firman Tuhan yang telah ditaburkan mendapat siraman rohani agar bertumbuh. Untuk itu, guru-guru perlu memberikan bimbingan dan perhatian, baik berupa cerita-cerita lanjutan (seputar Natal) pada minggu-minggu berikutnya, ataupun dengan mengadakan pertemuan tatap muka secara pribadi untuk berdoa bersama/sharing atau memberikan tugas-tugas bacaan untuk anak yang lebih besar.
Selamat mempersiapkan Natal!
Sumber : BAGIAN A
Judul buku : Mengenalkan Allah Kepada Anak-anak (Teaching Your Child About God)
Penulis : Wes Hystead
Penerbit : Yayasan Gloria
Halaman : 126 - 129   

"Ajarilah Anak-anak Arti Natal yang Sebenarnya."

Sinterklas
Satu minggu sebelum Natal, saya kedatangan tamu. Begini ceritanya. Saya sedang bersiap-siap untuk tidur ketika saya mendengar suara berisik di ruang tamu. Saya membuka pintu kamar dan saya amat terkejut, Sinterklas tiba-tiba muncul dari balik pohon Natal.

Sinterklas tidak tampak gembira seperti biasanya. Malahan saya pikir saya melihat air mata di sudut matanya. "Apa yang sedang anda lakukan?" saya bertanya. "Saya datang untuk mengingatkan kamu … AJARILAH ANAK-ANAK!" kata Sinterklas. Saya menjadi bingung; apa yang dimaksudkannya?

Kemudian dengan suatu gerak cepat Sinterklas memungut sebuah tas mainan dari balik pohon. Sementara saya berdiri dengan bingung, Sinterklas berkata, "Ajarilah anak-anak! Ajarilah mereka arti Natal yang sebenarnya, arti yang sekarang ini telah dilupakan oleh banyak anak."

Sinterklas merogoh ke dalam tasnya dan mengeluarkan sebuah POHON NATAL mini. Pohon Natal"Ajarilah anak-anak bahwa pohon cemara senantiasa hijau sepanjang tahun, melambangkan harapan abadi seluruh umat manusia, semua ujung daunnya mengarah ke atas, mengingatkan kita bahwa segala pikiran kita di masa Natal hanya terarah pada surga."

BintangKemudian ia memasukkan tangannya ke dalam tas dan mengeluarkan sebuah BINTANG cemerlang. "Ajarilah anak-anak bahwa bintang adalah tanda surgawi akan janji Allah berabad-abad yang silam. Tuhan menjanjikan seorang Penyelamat bagi dunia, dan bintang adalah tanda bahwa Tuhan menepati janji-Nya."  

Ia memasukkan tangannya lagi ke dalam tasnya dan mengeluarkan sebatang LILIN. Lilin Natal"Ajarilah anak-anak bahwa Kristus adalah terang dunia, dan ketika kita melihat terang lilin kita diingatkan kepada-Nya yang telah mengusir kegelapan."

Lingkaran NatalSekali lagi ia memasukkan tangannya ke dalam tasnya, mengeluarkan sebuah LINGKARAN lalu memasangnya di pohon Natal. "Ajarilah anak-anak bahwa lingkaran melambangkan cinta Sejati yang tak akan pernah berhenti. Cinta adalah kasih sayang yang terus-menerus - tidak hanya saat Natal tetapi sepanjang tahun."    

Boneka SinterklasKemudian dari tasnya ia mengeluarkan hiasan SINTERKLAS. "Ajarilah anak-anak bahwa saya, Sinterklas, melambangkan kemurahan hati dan segala niat baik yang kita rasakan sepanjang bulan Desember."

Hadiah NatalSelanjutnya ia mengeluarkan sebuah HADIAH dan berkata. "Ajarilah anak-anak bahwa Tuhan demikian mengasihi umatnya sehingga Ia memberikan anaknya yang tunggal…"

"Terpujilah Allah atas hadiah-Nya yang demikian mengagumkan itu. Ajarilah anak-anak bahwa para majus datang menyembah sang bayi kudus dan mempersembahkan emas, kemenyan dan mur. Hendaknyalah kita memberi dengan semangat yang sama dengan para majus."

Sinterklas kemudian mengambil tasnya, memungut sebatang PERMEN coklat berbentuk Permen 
Coklattongkat dan menggantungkannya di pohon Natal. "Ajarilah anak-anak bahwa batangan permen ini melambangkan para gembala. Sekali waktu seekor domba berkelana pergi meninggalkan kawanannya dan tersesat maka gembala datang dan menuntun mereka kembali. Batangan permen ini mengingatkan kita bahwa kita adalah penjaga saudara-saudara kita, sekali waktu orang-orang yang telah lama pergi meninggalkan gereja membutuhkan pertolongan untuk kembali ke pangkuan Gereja. Selayaknyalah kita berdaya upaya untuk menjadi gembala-gembala yang baik dan menuntun mereka pulang ke rumah."

Ia memasukkan tangannya lagi ke dalam tas dan mengeluarkan sebuah boneka MALAIKAT. "Ajarilah anak-anak bahwa para malaikatlah yang mewartakan kabar sukacita kelahiran Sang Penyelamat. Para malaikat itu bernyanyi, "Kemuliaan bagi Allah di surga dan damai di bumi bagi manusia." Sama seperti para malaikat di Betlehem, kita patut mewartakan Kabar Gembira tersebut kepada keluarga dan teman-teman: Immanuel - Tuhan beserta kita!

MalaikatSekarang Sinterklas kelihatan gembira. Ia memandang saya dan saya melihat matanya telah bersinar kembali. Ia berkata, "Ingat, ajarilah anak-anak arti Natal yang sebenarnya. Jangan menjadikan saya pusat perhatian karena saya hanyalah hamba dari Dia yang adalah arti Natal yang sebenarnya - Immanuel - Tuhan beserta kita. Kemudian, secepat datangnya, Sinterklas tiba-tiba pergi.

Dan seperti biasa - Sinterklas telah datang untuk membawa hadiah bagi saya dan anak-anak saya - suatu hadiah yang luar biasa. Sinterklas telah membantu saya mengingat kembali arti Natal yang sebenarnya - dan arti kedatangan Yesus ke dunia. Dan saya tahu, bagi saya dan anak-anak, Natal ini akan menjadi Natal yang terindah - karena IMMANUEL ~ TUHAN BESERTA KITA!
sumber : News For Kids, Rm Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Richard Lonsdale.”

Selasa, 13 Desember 2011

buka linknya, bagus buat nambah pengetahuan :)

Comments

Pencarian

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates