Mengapa ALLAH YANG BAIK Mengijinkan PENDERITAAN? (GI. Drs. Hari Sudjatmiko, M.Div) | |
(Bacaan: Mzm 73) PENDAHULUAN Hidup memang sering sulit dipahami dan terasa tidak fair: 1. Mengapa hal-hal buruk dan pahit menimpa kehidupan orang-orang baik 2. Dan mengapa hal-hal yang baik justru dinikmati orang-orang yang jahat Dalam upaya menemukan jawabannya, realitas hidup seperti itu (yang pahit, penuh penderitaan dan masalah bagi orang baik) sering sulit kita pahami, tersembunyi, dan dapat menjadikan kita frustrasi. Contoh: 1. Jika seorang teroris terbunuh oleh bom yang dipasangnya sendiri, kita maklum. Tapi kasus bom Bali 2002 membuat 180-an orang sipil menjadi korban, yang tidak tahu-menahu soal politik dunia. Kita jadi gemas mendengarnya (Imam Samudra dan Amrozi hanya tersenyum penuh kemenangan) 2. Jika pemandu yang mabuk sedang memandu dan mengalami kecelakaan serius, kita pun maklum. Tapi bagaimana kita bisa menerima ada seorang pemudi masuk ICU gegar otak serius karena dilanggar seorang pemabuk yang memandu laju dan tetap sehat-sehat saja semasa kemalangan 3. Jika seorang perokok berat terkena sakit paru-paru kronis, kita pun maklum. Betapa sulit kita pahami ada seorang bayi lahir cacat, tanpa tangan dan buta serta keterbelakangan mental karena ibunya seorang pelacur, selama hamil perokok berat dan pemabuk 4. Jika seorang perampok babak-belur dikeroyok massa, kita pun akan mensyukuri. Tapi bagaimana kita bisa terima ada satu keluarga dibunuh perampok tanpa perasaan dan sampai sekarang belum terungkap siapa perampoknya 5. Jika seorang pelajar malas dan nakal lalu tidak naik kelas, kita pun menerima sebagai kena batunya. Tapi berapa banyak juara kelas menjadi anak putus sekolah karena tidak punya biaya melanjutkan studinya karena dari keluarga miskin 6. dan lain lain. Sebagai hamba Tuhan secara jujur saya katakan, masalah dan penderitaan sungguh suatu yang misteri: * Saya pun sering tidak habis mengerti mengapa Tuhan izinkan hal yang buruk dan tidak fair seperti itu terjadi kepada orang-orang yang percaya dan dicintai Allah * Saya pun sadar, Alkitab mengajarkan kita tidak berhak menuntut Tuhan harus menjelaskan semua hal yang terjadi kepada kita * Saya pun tidak akan berpura-pura memahami dan mengetahui serta mengerti penderitaan yang Saudara alami dan terasa tidak fair Saya yakin pada waktu hal itu terjadi pada kita, Saudara hanya membutuhkan: * Pelukan * Telinga yang mau mendengar * Seorang yang duduk menemani * Dukungan dan doa yang tulus Tanpa sanggup kita bisa berbuat sesuatu yang berarti. Saya hanya bisa berdoa, agar iman kita di dalam Tuhan tetap teguh dan tabah menghadapinya, bahkan ketika dunia seakan runtuh menimpa Anda. MEMAHAMI ALLAH Sebagai seorang beriman, sering kita mempertanyakan di mana Allah dalam dunia yang penuh penderitaan ini? 1. Jika Dia Allah yang berbelas kasihan, mengapa hidup sering begitu tragis? 2. Apakah Dia sudah kehilangan kendali dan tidak memperhatikan kita lagi? 3. Kalau dia masih menyertai kita, apa alasannya Dia izinkan itu terjadi pada kita? 4. Kita dapat membaca dalam Alkitab, kadang Allah begitu penuh kasih dan memberikan banyak mukjizat bagi umatNya (kisah umat Israel keluar dari Mesir) 5. Tapi dalam kesempatan lain Allah sengaja tidak menghentikan tragedi (kisah Yusuf dijual saudaranya, atau kisah Ayub yang tragis)) 6. Dalam satu bagian, kita melihat Allah begitu akrab dan terlibat serius dengan umatNya, di bagian lainnya kita melihat Allah sepertinya _tuli_ atas teriakan minta tolong kita 7. Di satu sisi Alkitab meyakinkan kita bahwa Allah beserta kita, tidak pernah dibiarkan kita terjatuh, Dia menempatkan kita di tepian air dan rumput yang hijau; tapi di sisi kehidupan kita yang lain mengapa Dia biarkan kita jadi sasaran penjahat, mengalami gen-gen rusak, terkena virus berbahaya, atau tertimpa bencana alam. ARTI PENDERITAAN Bayangkan suatu dunia tanpa penderitaan, akan jadi seperti apa? * Tidak ada sakit kepala * Tidak ada sakit punggung * Tidak ada sakit kala palu meleset mengenai jari tangan * Tidak ada banjir, tanah longsor, kekeringan, gunung meletus, atau badai * Tidak ada nyamuk, lalat, rumput liar, virus atau kanker Barangkali kita juga berharap, adanya dunia tanpa kesalahan, kekhilafan, peperangan, perkelahian, dll. Bukankah itu yang disuarakan banyak kaum Humanis dan penegak HAM. Coba dengar seruan John Lennon dalam rilis lagunya Imagine, mengatakan: _Imagine there_s no country, itn_t hard to do, nothing to kill or die for you and no religion too_ (andaikan tak ada pemerintahan, tidak sulit untuk dibayangkan, tidak ada perang atau mati demi negara, dan tak ada agama juga). Mungkin bagi banyak orang John Lennon merupakan nabi mereka. Sayang John Lennon pernah begitu pongah dan mengatakan: "The Beatles lebih terkenal dari Yesus!" Rasanya nilai kehidupan akan berubah, dan bahaya lebih besar akan ada di depan mata: * Tidak ada yang mengingatkan kita adanya radang hati yang kronis * Tidak ada perasaan yang mengingatkan tulang yang patah * Tidak ada tanda bahaya bahwa tumor ganas menghancurkan usus * Tidak ada ngilu yang memberitahu pembuluh darah ke jantung tersumbat Sebesar apapun kebencian kita terhadap rasa sakit, kita harus mengakui bahwa itu sering mempunyai tujuan baik. Rasa sakit sebenarnya sedang memperingatkan kita ada sesuatu tidak beres dalam tubuh kita. Jadi masalah utamanya bukan pada rasa sakitnya, melainkan penyebab dari rasa sakit itu. Rasa sakit hanyalah merupakan gejala, sirine, bel yang berbunyi tatkala ada bagian tubuh yang mengalami bahaya atau mendapat serangan. Jadi, apa sebenarnya yang Allah ingin katakan kepada kita mengenai penderitaan? Apa arti sebuah penderitaan bagi orang percaya? 1. Sebagai ganjaran untuk peringatan/nasehat/pendisiplinan Allah Seperti seorang anak, Allah adalah Bapa kita yang penuh kasih, yang melatih dan mengganjar kita. Dia bukan orang tua yang kejam dan bengis/sadis, tapi Dia orangtua yang penuh perhatian dan menghendaki kita menjadi dewasa (baca Ibr 12:5-11; Why 3:19) Bayangkan: Kalau Allah lebih memiliki menciptakan manusia seperti robot, yang sudah disetel untuk memuji Tuhan, melakukan yang baik dan sopan-sopan saja. Tapi Allah memilih "mengambil resiko" untuk menciptakan manusia segambar dan serupa Allah dengan kehendak bebasnya. Allah sadar bahwa manusia akan memberontak dan semakin berdosa, maka karunia Allah dan belas kasihanNya semakin nyata. 2. Sebagai Ujian iman Seorang olahragawan baru dapat menjadi juara dan pemenang setelah banyak melakukan latihan, uji tanding, gemblengan, dan siap menghadapi tantangan (kisah Ayub 1:20-22, 42:10-17) Rm 5:3-4 Paulus mengajarkan hal yang dunia tidak ajarkan, bahwa ada keuntungan yang kita dapatkan dalam penderitaan asalkan tabah dan tetap setia pada Tuhan. Allah pun sedang turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Tuhan (Rm 8:28) Ron Lee Davis dalam bukunya Becoming a Whole Person in a Broken World mencatatkan: "Kabar baik itu bukanlah bahwa Allah akan membuat keadaan di sekeliling kita seperti yang kita inginkan, tetapi yang menjadi kabar baik itu adalah bahwa Allah bahkan dapat merangkai kekecewaan dan bencana yang kita alami ke dalam kekekalanNya. Kejahatan yang menimpa kita dapat diubah menjadi kebaikan Allah" Bagaimana kita sebagai orang percaya menyikapi sebuah penderitaan. Kisah yang tragis, pahit dan tidak fair Tuhan izinkan terjadi pada kita harus kita sikapi dengan tepat dan pada sudut pandang ilahi. * Ada orang yang menyikapi sebuah penderitaan dengan meninggalkan Tuhan dan berpaling dari imannya (kisah Friedrich Nietzsche, anak seorang pendeta Lutheran yang saleh dan kakeknya seorang guru besar teologi, 25 tahun sudah doktor teologi, 26 tahun jadi professor, dan menjadi filsuf dan sastrawan yang sangat orisinil. Karena sebuah penyakit bertubi-tubi dia kecewa, dan memproklamasikan "Allah sudah mati". Hidup luntang-lantung sebagai 'gelandangan intelektual', keluar-masuk pelacuran, kena penyakit kelamin sipilis, miskin dan mati dalam kondisi gila.) * Tapi ada orang yang menyikapi sebuah penderitaan sebagai penolong untuk mengarahkan hidupnya lebih baik (kisah Joni Eareckson Tada, mengalami kelumpuhan total karena kecelakaan waktu hendak menyelam. Sempat berontak dan meninggalkan imannya, namun mulai sadar dan kembali, bahkan semakin mencintai Tuhan, dan menganggap kecelakaannya itu hal yang terbaik dalam hidupnya, mengubah dirinya menjadi seorang yang sangat dekat dengan Tuhan, bahkan menjadi berkat bagi banyak orang muda dan kaum cacat untuk memiliki semangat hidup dan iman yang lebih kuat) Jadi, dalam satu peristiwa penderitaan yang sama, dapat memberi pengaruh yang berlainan: semakin dekat Tuhan, atau malahan semakin menjauh dari Tuhan 3. Sebagai penghakiman Bagi orang bebal, kafir dan keras kepala tidak pernah menerima kasih karunia Allah dan senantiasa melakukan kejahatan, Allah tidak pernah membiarkan diriNya dipermainkan. Akan datang waktunya keadilan dan penghakiman Tuhan dinyatakan, murka Allah menyala-nyala akan dosa dan tidak seorangpun akan terlewatkan (kisah air bah untuk menghukum manusia yang bejat, Kej 6; dosa Sodom dan Gomora, Kej 18-19; Tuhan mengirimkan 10 tulah ke atas dosa Mesir, Kej 7-12) SIKAP ORANG PERCAYA 1. Tabah dan tetap setia (sekalipun berat tapi tidak bergeser iman dari rel illahi) 2. Memahami bahwa kita butuh orang percaya lainnya untuk menghibur dan saling menguatkan iman 3. Memahami juga bahwa kita pun suatu saat dibutuhkan orang lain yang mengalami penderitaan yang pernah kita rasakan (rasa empati dan menguatkan yang sedang 'roboh') 4. Berdoalah dan doakan orang yang sedang mengalami penderitaan Ingatlah satu hal, ketika penderitaan sedang menggerogoti kita dan kita menjerit menuntut jawaban yang lengkap mengapa itu terjadi pada kita, Allah justru menawarkan diriNya sendiri. Dan itu cukup. Kita tahu bahwa kita dapat mempercayaiNya, jawaban tidak diperlukan lagi saat kehadiran Allah meliputi kita. Kristus telah melakukan hal terbesar: mengorbankan diriNya sendiri sebagai tebusan sehingga manusia dapat terhindar dari penderitaan yang terburuk, terbesar, terpahit: yaitu keterpisahan kita dengan Allah selama-lamanya. Sumber..>>>>>http://sahabatppk.blogspot.com/ |
0 komentar:
Posting Komentar