Rabu, 21 Desember 2011

Perayaan Hari Ibu


baby-hand
Pendahuluan
Sementara dekorasi Natal sudah terpasang, tetapi berkaitan dengan besok, tanggal 22 desember adalah peringatan hari ibu nasional, maka tema khotbah dalam ibadah kita hari ini akan berbicara tentang keluarga, khususnya ibu. Memang adalah penting bagi sebuah gereja untuk berbicara banyak tentang topik kehidupan keluarga. Sebab, kita hidup selalu berada di dalam keluarga.
Fakta menunjukkan kepada kita bahwa banyak sekali masalah sosial dan kejahatan dimulai dari keadaan keluarga yang tidak baik, dimulai dari buruknya kualitas hubungan orangtua dan anak.
Sebagai contoh, melihat bagaimana terjadinya kasus pengeboman dan penembakan secara membabi buta di sekolah Columbina High School, Colorado, AS pada 20 April 1999: Ternyata kejadian yang dilakukan oleh dua anak remaja berumur 17 tahun dan 18 tahun ini seharusnya dapat dapat dicegah. Sebab anak-anak remaja ini menyimpan bom rakitan, senjata api, dan dan peluru-peluru tersebut di dalam rumah, di kamar mereka. Bagaimana sampai seorang anak dapat membuat bom dan menyimpan senjata dan peluru dalam jumlah besar, di dalam rumah, tanpa diketahui oleh orang tuanya? Karena buruknya kualitas hubungan antara orang tua dan anak. Setidaknya, hal ini berarti dalam waktu yang cukup lama, orangtuanya sudah tidak lagi memasuki kamar anaknya.
Keluarga Kristen, harusnya berbeda. Karena kita memiliki kasih Allah di dalam diri kita. Keluarga Kristen harusnya berbeda. Amin??? 
Kalimat Peralihan
Berkaitan dengan besok adalah peringatan hari ibu, firman Tuhan hari ini akan berbicara tentang keluarga. Kita akan belajar bersama dari firman Tuhan, bagaimanakah seorang ibu Kristen (orangtua Kristen) mengasihi anaknya? Dan bagaimanakah anak-anak Kristen seharusnya mengasihi dan selalu memperhatikan orangtuanya (khususnya ibu)? Mari kita membaca I Raja-raja 3:16-27; Efesus 6:1-3.
Isi
Firman Tuhan hari ini ini akan melihat dari dua sisi secara adil, dari sisi ibu (sisi orangtua) dan dari sisi anak. Rasanya, kita semua akan pernah menjadi anak dan menjadi orang tua.
Seorang ibu yang mengasihi Tuhan, semestinya akan terlihat dari cara mereka mengasihi anak-anak mereka. Oleh karena itu, hai para ibu, jangan mengaku mengasihi Tuhan apabila engkau tidak mengasihi anak-anakmu. Firman Tuhan dalam I Raja-Raja 3:16-28 memperlihatkan kepada kita bagaimanakah teladan dari seorang ibu yang mengasihi anaknya dengan sungguh-sungguh.
1. Seorang Ibu yang mengasihi Tuhan, akan mengasihi anak-anaknya dengan:
a. Mengenal dengan pasti anak-anaknya (I Raja-raja 3:21).
Saya mempunyai kelemahan mengenali bayi. Pada waktu Faith, keponakan saya yang pertama, anak dari Ct. Anliang dan Ct. Vina, lahir; banyak teman-teman bertanya, mirip siapa ko? Mirip Ko Anliang atau Ce Vina? Saya tidak bisa menjawab pertanyaan ini. Jujur, saya tidak bisa mengenali bayi. Bagi saya semua bayi terlihat sama. Waktu ditanya lagi, cantik ya anak Ct. Vina? Jujur, saya tidak tahu bagaimana menjawabnya. Bagi saya semua bayi terlihat sama. (Kadang-kadang saya bertanya-tanya, apakah saya satu-satunya manusia yang begini?)
Tidak demikian dengan ibu ini. Dia tahu dengan pasti, ini bukan anaknya. Dia mengenal anaknya dengan pasti. Rasanya semua ibu yang baik begitu. Bukan cuma mengenal rupa ciri-ciri anaknya secara pasti, para ibu yang baik juga mengenal sifat anak-anaknya dengan pasti. Ibu yang baik mengenal dengan pasti apakah anaknya lebih suka kecap manis atau asin? Lebih suka kentang atau wortel? Anaknya lebih memilih warna biru atau merah? Baju dengan pola polos atau kotak-kotak? Semua ibu yang baik memiliki kemampuan ini. Mereka mungkin kesulitan dalam pelajaran menghafal ketika masih sekolah. Mereka mungkin mendapatkan nilai merah ketika dulu bersekolah. Tetapi para ibu yang baik selalu bisa menghafal sifat dan ciri-ciri fisik anaknya.
Ibu yang baik juga selalu mampu mengenali perasaan anaknya. Dia tahu apakah anaknya sedang bersemangat, sedang sedih, kuatir, ketakutan, atau kelaparan. Jikalau seorang anak bayi menangis, sementara sang ayah datang ke bayi tersebut dan sedang berpikir “apa yang salah?”, sang ibu biasanya sudah tahu karena apa anaknya menangis “karena lapar atau karena buang air besar.” Itulah ciri pertama seorang ibu yang mengasihi anaknya dengan sungguh-sungguh. Mengenal anaknya dengan pasti.
1. Seorang Ibu yang mengasihi Tuhan, akan mengasihi anak-anaknya dengan:
b. Begitu perduli, bahkan rela berkorban apapun untuk hal terbaik bagi anaknya (I Raja-raja 3:26).
Secara kejiwaan, untuk seorang ibu merelakan anaknya berpisah dari dirinya adalah sebuah tindakan yang sangat sulit dan melukai dirinya sendiri. Dan ibu dalam cerita firman Tuhan ini melakukannya. Saya tidak dapat membayangkan betapa pedihnya ibu ini ketika ia berkata “berikanlah kepadanya bayi itu”. Betapa terlukanya ia ketika ia mengatakan hal tersebut. Tetapi ia rela melakukannya, karena ia begitu mengasihi anaknya. Pikirnya, daripada anak ini mati dibelah dua, lebih baik ia hidup, walaupun di tangan perempuan lain.
Saya rasa, semua ibu yang baik, rela berkorban apapun untuk hal terbaik bagi anaknya. Hal paling sederhana adalah jika di meja ada 5 pempek dan 3 orang anak, berapa pempek yang di dapat oleh ibunya? Berapa pempek yang ingin ibunya makan?? Biasanya tidak satu pun. Apakah ibunya tidak mau makan pempek??? Mau, tetapi sang ibu rela menahan diri agar anaknya bisa makan pempek dengan puas. Ada juga cerita tentang ayah dan ibu yang harus rela makan sehari sekali supaya bisa membayar uang sekolah anak, dan masih banyak lagi cerita seperti ini.
Entah ada berapa cerita di dunia ini tentang seorang ibu yang mengasihi anaknya sampai rela berkorban apapun. Rasanya sudah tidak terhitung. Tetapi, saya akan menceritakan sebuah kisah nyata berikut:
Dalam sebuah gempa bumi, terperangkahlah seorang ibu dengan seorang anaknya di dalam reruntuhan gedung. Selama berhari-hari tertimbun, ada seorang ibu dan anaknya tetap bertahan hidup, terjepit di dalam reruntuhan. Namun, sang anak terus mengeluh haus. Namun, tidak ada air minum dan sang ibu hanya bisa menjangkau anaknya dengan sebelah tangannya. Sang ibu tahu bahwa jika anaknya terus menerus kehausan, anaknya akan meninggal. Maka, ketika anaknya berkata sudah tidak tahan lagi kehausan, sang ibu menggores jarinya sampai terluka mengeluarkan darah di bebatuan, dan membiarkan anaknya meminum darah dari jarinya tersebut untuk menghilangkan rasa harusnya. Dua-tiga hari kemudian, tim penolong berhasil menyelamatkan mereka dari bawah reruntuhan gedung. Anaknya selamat, tetapi sang ibu tidak dapat diselamatkan lagi. Ia berkorban untuk keselamatan anaknya.
Seorang ibu yang mengasihi anaknya dengan sungguh-sungguh akan melakukan apapun, berkorban apapun, untuk mendapatkan hal terbaik yang ia bisa raih untuk anaknya. Ia begitu perduli dengan anaknya.
Maka, para ibu Kristen, dan juga para ayah Kristen, ketidakpedulian bukan pilihan bagi kita. Keegoisan bukan pilihan bagi kita. Ada banyak orangtua di luar sana, yang tidak mau perduli dengan anaknya, yang hanya perduli dengan kebutuhan dan keinginannya sendiri. Sang ayah mau membeli mobil baru, sang ibu mau membeli baju baru, anaknya butuh apa tidak dipikirkan. Tetapi dalam keluarga Kristen, sebagai seorang ayah atau ibu, ketidakpedulian dan keegoisan bukan pilihan bagi kita.
Sebenarnya, sifat-sifat ini adalah meneladani kasih Allah sendiri kepada kita. Sama seperti Tuhan sebagai Bapa dan kita sebagai anak-anak-Nya, Tuhan selalu perduli dengan kita, Ia mengenal kita bahkan lebih daripada kita mengenal diri kita sendiri, dan Ia rela memberikan hal terbaik, yaitu anak-Nya sendiri, untuk keselamatan kita. Jadi, jikalau kita, sebagai anak Tuhan, mengaku kita mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh, marilah kita menunjukkannya secara nyata dalam perbuatan, dengan cara meneladani Dia dalam cara kita mengasihi anak-anak kita. Tidak ada kata “tidak perduli”, tidak ada rasa “egois”. (Mari, para orangtua berkata bersama-sama …)
2. Seorang anak yang mengasihi Tuhan, akan mengasihi ibunya (orangtuanya) dengan sungguh-sungguh. Kepada anak-anak khususnya (= yang belum menjadi seorang ibu atau ayah) saya ingin bertanya. Siapa yang merasa memiliki ibu seperti di atas, yang mengenal pasti dirimu dan yang selalu rela berkorban untuk dirimu? (Bersyukurlah untuk mamamu).
Sekarang apa yang dapat engkau lakukan untuk membalas rasa sayang dari ibumu, dari orangtuamu? Apakah mereka kira-kira menginginkan dibalas dengan uang tunai, dengan rumah, dengan mobil, dengan berlian? (Tanyakan kepada para ibu jika mungkin) Rasanya jawabnya adalah tidak. Orangtua hanya ingin memberikan yang terbaik kepada kita, tanpa menuntut balas.
Ilustrasi: Suatu kali, seorang anak yang mendapatkan ibunya sedang sibuk menyediakan makan malam di dapur. Kemudian dia menghulurkan sekeping kertas yang bertulis sesuatu. si ibu segera membersihkan tangan dan lalu menerima kertas yang dihulurkan oleh si anak dan membacanya.
Ongkos upah membantu ibu:
1) Membantu pergi ke warung : Rp20.000
2) Menjaga adik : Rp20.000
3) Membuang sampah : Rp5.000
4) Membereskan tempat tidur : Rp10.000
5) menyiram bunga : Rp15.000
6) Menyapu halaman : Rp15.000
Jumlah : Rp85.000
Selesai membaca, si ibu tersenyum memandang si anak yang raut mukanya berbinar-binar. Si ibu mengambil pena dan menulis sesuatu dibelakang kertas yang sama.
1) Ongkos mengandungmu selama 9 bulan - GRATIS
2) Ongkos berjaga malam karena menjagamu pada waktu sakit - GRATIS
3) Ongkos air mata yang menetes karenamu - GRATIS
4) Ongkos khawatir kerana selalu memikirkan keadaanmu - GRATIS
5) Ongkos menyediakan makan minum, pakaian dan keperluanmu - GRATIS
6) Ongkos mencuci pakaian, gelas, piring dan keperluanmu - GRATIS
Jumlah keseluruhan nilai kasihku - GRATIS
Air mata si anak berlinang setelah membaca. Si anak menatap wajah ibu, memeluknya dan berkata, “Saya Sayang Ibu”. Kemudian si anak mengambil pena dan menulis sesuatu didepan surat yang ditulisnya: “Telah Dibayar” .
Hal ini seringkali terjadi kalau kita mau mengakuinya dengan jujur. Sementara ibu kita mengasihi kita tanpa syarat dan tuntutan; kita, sang anak, malah seringkali terlalu menuntut dengan ibu kita. Kasih kita seringkali menjadi bersyarat. (Dengan Tuhan, kasusnya juga seringkali sama. Tuhan mengasihi kita tanpa syarat, tetapi seringkali kita mengasihi Tuhan itu bersyarat. Saya mau rajin ke gereja, kalau Tuhan kasih saya sehat, kalau Tuhan kasih saya punya banyak uang, kalau Tuhan … kalau Tuhan…)
Maka, sama juga, seorang anak yang mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh, akan terlihat dari cara mereka mengasihi orangtua mereka. Oleh karena itu, hai para anak, jangan mengaku mengasihi Tuhan, jika engkau tidak mengasihi orangtuamu, ayah dan ibumu, dengan nyata.
Firman Tuhan dalam Efesus 6:1-3, mengajarkan kepada kita dua alasan yang tidak terelakkan mengapa kita sebagai anak harus menunjukkan kasih kita kepada orang tua dengan sikap ketaatan dan hormat:
a. Karena haruslah demikian: mengingat kasih sayang, pengorbanan, dan jasa-jasa mereka.
Membahas tentang kasih sayang dan pengorbanan orang tua tidak akan ada habis-habisnya. Lagipula, rasanya kita semua mengalaminya. Jikalau ditanya, seberapa banyak kita berutang kepada orang tua kita??? Jika dihitung secara nilai uang, maka saya mencoba-coba, iseng. menghitung secara kasar, jika biaya makan satu anak untuk satu hari adalah 20ribu, maka untuk selama 20 tahun saja, orangtua kita menghabiskan 144juta rupiah. Ini hanya untuk makan, belum biaya dokter dan obat kalau kita sakit, uang sekolah kita, pakaian kita, dan masih banyak lainnya. Luar biasa tidak? Jika dihitung secara nilai total, kita berhutang apa kepada ibu kita? Dalam arti sederhana, berhutang nyawa kita.
Sejujur-jujurnya, dari begitu banyak alasan kita seringkali tidak mentaati orang tua kita, alasan (motif) utamanya sebenarnya adalah karena keegoisan kita. Iya gak??? Kita maunya ini, mama tidak bisa ngerti, ya pokoknya saya maunya ini. Orangtua perintahkan kita sesuatu, kita sedang malas, kita menolak perintahnya. Kesabaran orang tua kita memang luar biasa kalau dipikir-pikir.
Firman Tuhan berkata, “haruslah demikian”… Mentaati orangtua adalah bukti kasih sayang kita kepada orang tua yang wajar. Karena mereka telah mengasihi kita dengan luar biasa.
Ilustrasi: Seorang anak, setelah kuliah di luar kota, menjadi tahu bahwa mencuci baju sendiri itu luar biasa melelahkannya. Setelah selesai kuliah dan pulang ke rumah, sang anak melihat mamanya setiap malam sehabis bekerja di toko seharian, selalu cuci baju dengan tangan, sang anak tahu dan sadar ibunya pasti kelelahan. Maka anak-anaknya membicarakan hal ini, dan setuju membelikan dia sebuah mesin cuci untuk meringankan bebannya sedikit karena kesadaran dan kasih sayang.
Alangkah baiknya apabila kita juga sadar akan segala kasih sayang orangtua kita selama ini, yang akan membuat kita mentaati orang tua kita — secara wajar. Karena “memang haruslah demikian”.
b. Karena ini merupakan perintah Tuhan yang penting
Perintah menghormati orang tua sangat penting terlihat dari sampai dimasukkannya perintah ini sebagai salah satu dari 10 perintah Allah. 10 perintah Allah bisa dibilang adalah rangkuman dari Alkitab setebal ini. Setiap anak-anak orang ibrani semenjak kecil, telah diajar untuk menghafal kesepuluh perintah Allah ini. Artinya, dari sejak kecil anak-anak orang ibrani telah diajar bahwa mentaati dan menghormati orangtua adalah perintah Tuhan.
Tetapi, alasan utamanya mengapa perintah ini penting adalah karena Tuhan selalu menginginkan agar kita mendapatkan segala berkat terbaik. Firman Tuhan menjanjikan bahwa anak-anak yang mentaati dan menghormati orangtua akan berbahagia dan panjang umur.
Praktisnya, suka melakukan dosa dan kejahatan, jelas membuat kira bermain-main dengan nyawa kita. Saya rasa jelas bahwa hampir tidak ada orang tua yang memerintahkan anak-anaknya untuk menyukai dosa atau untuk suka melakukan kejahatan. Setiap orang tua akan memerintahkan anak-anaknya untuk melakukan hal yang baik dan benar, dan untuk menjauhi dosa dan kejahatan, dan hal ini membuat hidup mereka akan menjadi berbahagia dan lebih panjang umur. Apabila kita melihat buktinya dalam kehidupan nyata, berapa banyak anak-anak yang tidak taat dan tidak menghormati orang tua yang kita temukan hidupnya berbahagia dan panjang umur? Rasanya tidak ada.
Jika ini merupakan sebuah perintah yang penting dan memberikan berkat yang luar biasa bagi kita karena menghormati dan menaati orang tua, mengapa kita tidak mau melakukannya???
Lalu, bagaimana kalau orangtua saya bukanlah orang tua yang benar-benar baik??? Kalaupun orang tua kita bukanlah orang tua yang baik seperti yang seharusnya, hal ini juga tidak membuat kita menjadi diperbolehkan untuk tidak mentaati dan menghormatinya. Mentaati dan menghormati orang tua adalah perintah Tuhan yang harus kita jalankan dalam segala kondisi. Ini adalah PERINTAH Tuhan yang harus dilakukan. Kecuali, saat orang tua kita memerintahkan kita untuk berbuat dosa dan meninggalkan Tuhan. Di dalam keluarga Kristen, yang ada adalah ketaatan kepada orang tua, tidak ada ketidak-taatan. (Mari para anak-anak mengatakan: …)
Penutup
Dalam peringatan hari ibu dalam ibadah hari ini, biarlah firman Tuhan mengingatkan orangtua untuk mengasihi anaknya dengan sungguh-sungguh melalui tindakan nyata tanpa rasa tidak perduli, tanpa rasa egois; dan juga mengingatkan anak-anak untuk mengasihi orangtuanya dengan sungguh-sungguh melalui tindakan nyata ketaatan dan menghormati orang tua.
Sekali lagi, keluarga Kristen harusnya berbeda. Karena kita memiliki kasih Allah di dalam diri kita, yang mengajar kita untuk mengasihi secara nyata di dalam kehidupan keluarga Kristen. Amin.

Sumber..>>>>>>http://khotbahilustrasigames.wordpress.com/2009/01/07/khotbah-perayaan-hari-ibu/

1 komentar:

Anonim mengatakan...

met hari ibu Mom,, :)

Posting Komentar

Comments

Pencarian

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates