Sabtu, 11 Februari 2012

Merayakan Hari Valentine

Apakah Perlu Merayakan Valentine Day?



Pdt. Robert R. Siahaan, M.Div.

Bagaimana menyikapi perayaan hari Valentine (Valentines Day)? Apakah orang Kristen perlu merayakan hari Valentine di gereja atau apakah anak-anak remaja pemuda sebaiknya merayakan hari Valentine atau harus dilarang? Karena berdasarkan sejarah lahirnya hari Valentine tidak berkaitan langsung dengan peristiwa atau pengajaran Alkitab, di sisi lain ada beberapa cerita mengenai sejarah hari Valentine ini.
Namun jika kita melihat fenomena mengenai perayaan dan peringatan hari Valentine di seluruh dunia, termasuk di Indonesia sangatlah mengagumkan. Pada saat menjelang hari Valentine kita melihat bagaimana respon anak-anak muda khususnya sangat bergairah dan bersemangat menyambut hari Valentine ini. Mereka berusaha membeli dan menggunakan pernak-pernik asesoris, bunga, sepatu dan pakaian yang berwarna pink atau merah sebagai simbol yang mengidentikkan hari Valentine. Pada masa-masa seperti ini sangat menguntungkan para penjual bunga, Karena tidak sedikit yang merayakan hari Valentine dengan memberi bunga sebagai ungkapan kasih sayang kepada kekasih atau kepada orang-orang yang mereka kasihi.
Lama kelamaan perayaan hari Valentine terus berkembang di berbagai Negara di dalam budaya kehidupan anak-anak muda. Tidak terlepas dari kehidupan anak-anak Kristen di gereja. Bahkan tidak sedikit gereja yang secara khusus menggunakan konteks perayaan hari Valentine ini sebagai tema dalam ibadah-ibadah gereja di persekutuan (kebaktian ) kaum muda bahkan di dalam acara ibadah umum. Lalau apa signifikansi perayaan hari Valentine ini bagi gereja jikalau hari Valentine ini bukan bagian dari pengajaran Alkitab atau peristiwa sejarah penting dalam kekristenan?

Bisa dikatakan memang tidak ada signifikansi yang sangat kuat untuk merayakan hari Valentine di gereja, namun melihat bahwa ada satu peristiwa indah yang merupakan momentum yang perlu diingat berkaitan dengan penerapan kasih dalam kehidupan melalui seorang yang bernama Valentine yang sangat mengesankan dan telah menjadi sebuah trend budaya yang sangat mendunia. Maka ketika hari Valentine dirayakan dalam konteks ibadah gereja tentu bukan sekedar merayakan kasih manusia semata, namun setiap orang Kristen pasti akan memusatkan kebenaran tentang kasih itu kepada sumber kasih yang terbesar, pemilik kasih dan pemberi kasih bagi seluruh umat manusia yaitu Allah: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16)
Allah adalah kasih, itu yang dituliskan dalam Alkitab : “Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.” (1Yohanes 4:16). Ayat ini juga menegaskan bahwa seseorang hanya dapat memiliki kasih jika ia berada di dalam Allah, di luar kasih Allah hanya ada kasih yang semu. Kasih sejati adalah milik Allah dan diberikan kepada manusia semenjak manusia diciptkan dalam kasih dan rencana terindah bagi hidup manusia. Bahkan rencana keselamatan telah direncanakan oleh Allah dalam kasih-Nya dan dalam kerelaan-Nya dan dalam hikmat-Nya semenjak kekekalan (Efesus 1:3-7).

Jadi merayakan hari Valentine dalam konteks mengingat dan merenungkan kasih Allah yang agung dan luar biasa adalah sesuatu yang sangat baik, konteks hari valentine menjadi momentum untuk menyatakan kebesaran kasih Allah di tengah kehausan dunia akan kasih. Besarnya respon terhadap hari Valentine menunjukkan besarnya keinginan manusia untuk memiliki kasih dan berbagi kasih sehingga hari Valentine disebut sebagai hari kasih sayang. Saat seperti ini juga seharusnya menjadi momentum bagi setiap orang Kristen untuk menyatakan kasih itu bukan hanya kepada orang-orang yang dikasihinya, tetapi juga kepada orang-orang yang bahkan tidak dikenal, malahan Tuhan Yesus mengajarkan agar kasih diterapkan kepada musuh. Yaitu orang yang tidak menyukai kita atau membenci diri kita atau orang-orang yang berbeda pendapat dan berbeda keyakinan atau penilaian dan sebagainya: “Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu.” (Lukas  6:27).
Kasih terbesar dan kasih teragung telah diberikan oleh Kristus kepada umat-Nya dalam peristiwa penebusan (redemption) di kayu salib bagi untuk pengampunan seluruh dosa dan kesalahan yang telah terjadi dalam hidup umat-Nya. Semua itu diberikan sebagai anugerah (Efesus 2:8-9), karena manusia tidak sanggup membebaskan dirinya dari hukuman dosa dan karena manusia tidak sanggup membayar dosa-dosanya dengan apa pun, dan hanya anugerah dalam kasih Allah yang besar yang sanggup menyelamatkan manusia dari dosa itu: “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.” (I Yohanes 4:10). Peristiwa inilah yang harus menjadi pemicu dan alasan terbesar bagi orang Kristen untuk merayakan hari Kasih Sayang. Tidak berhenti hanya pada konsep, berbicara mengenai kasih bukan hanya tentang konsep, tetapi lebih kepada hal praktis dimana kasih itu harus dipraktekkan dalam segala aspek kehidupan sehari-hari (1 Kor 13:4-8). Happy Valentine Day.
  • Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. (I Yohanes  3:1)
  • “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.” (1 Yohanes 4:7).
  • “Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.” (I Yohanes  4:11).
  • “Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintah-Nya. Dan inilah perintah itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam kasih, sebagaimana telah kamu dengar dari mulanya.” (II Yohanes  1:6)
Sumber>>>>>>

http://inspirasijiwa.com/?p=1677

0 komentar:

Posting Komentar

Comments

Pencarian

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates